Loading

Rabu, 24 Agustus 2011

http://www.ziddu.com/download/16172016/belitung.jpeg.html
http://www.ziddu.com/download/16171853/FAKTOR-FAKTORYANGBERHUBUNGANDENGANKEJADIANABORTUS.doc.html

Penyakit Jantung Koroner pada Anak dan Pencegahannya

Abdullah Afif Siregar dan Ellya Nova Lubis

RINGKASAN

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang timbul
akibat penyempitan pada arteri koronaria. Penyebab terbanyak dari
penyempitan tersebut adalah aterosklerosis yang merupakan suatu
kelainan yang terdiri atas fibrolipid dalam bentuk plak yang menonjol
atau penebalan pada tunika intima dan pada bagian dalam tunika media.
Proses aterosklerosis sudah dimulai pada masa kanak-kanak dan menjadi
nyata secara klinik pada kehidupan dewasa. Lebih dari setengah insiden
penyakit ini dapat diterangkan kejadiannya oleh hiperkolesterolemia,
hipertensi, dan merokok. Terdapat beberapa faktor risiko lain yang juga
berperan akan tetapi dalam derajat yang lebih kecil misalnya obesitas,
aktivitas fisik yang kurang, dan kepribadian tipe A. Pengendalian
terhadap faktor risiko kardiovaskular dihubungkan dengan pencegahan
PJK harus sudah dimulai sedini mungkin sebelum terjadi perubahan yang
irreversibel pada dinding pembuluh darah. Ini berarti pada saat
berlangsungnya tumbuh kembang anak. Dua strategi utama dalam
pencegahan PJK yaitu pendekatan populasi atau kesehatan masyarakat
dan pendekatan individual pada anak berisiko tinggi
.
PENDAHULUAN

Penyakit jantung koroner (PJK) atau penyakit jantung iskemik adalah
penyakit jantung yang timbul akibat penyempitan pada arteri koronaria.
Penyempitan tersebut dapat disebabkan antara lain aterosklerosis, sifilis,
pelbagai jenis arteritis, emboli koronaria, kelainan jaringan ikat misalnya
lupus eritematosus dan spasme. Oleh karena aterosklerosis merupakan
penyebab terbanyak (99%) maka pembahasan tentang PJK pada
umumnya terbatas penyebab tersebut.
Arterosklerosis pada dasarnya merupakan suatu kelainan yang terdiri atas
pembentukan fibrolipid dalam bentuk plak-plak yang menonjol atau
penebalan yang disebut ateroma yang terdapat didalam tunika intima dan
pada bagian dalam tunika media.1,2 Proses ini dapat terjadi pada seluruh
arteri, tetapi yang paling sering adalah pada aorta, arteri koronaria,
serebral dan iliofemoral.
Proses aterosklerosis dimulai pada masa kanak-kanak,1,8 dan menjadi
nyata secara klinik pada kehidupan dewasa.1 3,6,8 Perkembangan kelainan
ini berlangsung lambat dan berlangsung sangat lama sebelum muncul
gejala pertama seperti angina pektoris, infark miokard, dan tidak jarang
menyebabkan kematian mendadak.1 Progressi dan derajat keparahan
aterosklerosis berhubungan dengan ada dan luasnya faktor-faktor risiko
kardiovaskuler serta menetapnya faktor risiko tersebut dalam waktu yang
lama.9 Berdasarkan, bukti bahwa aterosklerosis dimulai masa
kanak-kanak, maka pencegahan primer penyakit jantung koroner harus
dimulai sejak kanak-kanak dan remaja.7,9 Pencegahan primer mempunyai
potensi yang besar terhadap munculnya atau melambatnya gejala klinik
dari PJK.

EPIDEMIOLOGI

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKIRT 1986) yang dilakukan di 7
propinsi dengan menghasilkan prevalensi penyakit jantung iskemik dan
lainnya pada golongan umur 15-24 tahun adalah 18,3 per 100.000
penduduk. Angka ini meningkat dengan tajam pada golongan umur 45-54
tahun yakni 174,6 per 100.000 penduduk dan 461,9 per 100.000
penduduk pada umur 55 tahun ke atas. Sedangkan kematian
kardiovaskular dengan sebab utama penyakit jantung iskemik dan lainnya
adalah 17,5 per 100-000 penduduk dan kematian yang berkaitan dengan
penyakit tersebut adalah 27,4 per 100.000 penduduk.12
Jumlah kasus penyakit jantung koroner di Rumah Sakit Jantung Harapan
Kita Jakarta juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun
1990 jumlah kasus penyakit jantung koroner di Rumah Sakit Jantung
Harapan Kita Jakarta tercatat sebanyak 1338 kasus, jumlah ini meningkat
menjadi 1555 kasus pada tahun 1991 dan meningkat lagi pada tahun 1992
menjadi 1643 kasus.13
Kenaikan prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia, sebagaimana
juga di negara-negara industri maju, tampaknya berkaitan dengan
kenaikan tingkat sosial ekonomi atau pendapatan yang telah melampaui
tingkat subsistensi.
Sejak tahun 1965 angka kematian PJK mulai berkurang di Amerika
Serikat, Kanada, Australia, Selandia Baru, Israel, Belgia, Finlandia,
Belanda, dan lain-lain. Dalam waktu yang sama terjadi peninggian angka
kematian penyakit jantung koroner di banyak negara lain, termasuk juga
di beberapa negara Eropa Barat dan Selatan. Walapun demikian di
beberapa negara tidak terlihat perubahan angka kematian tersebut.
Meskipun penyebab perubahan tersebut tidak jelas tetapi dianggap bahwa
yang ikut berperan adalah penurunan insiden atau morbiditas PJK.
Penurunan insiden PJK tersebut mungkin disebabkan oleh perubahan
faktor risiko serta pola makanan.
WHO (1990) memperkirakan bahwa sebab kematian terbanyak per tahun
adalah penyakit kardiovaskuler yaitu sebesar 12 juta per tahun untuk
seluruh dunia. Angka ini juga meningkat untuk negara-negara sedang
berkembang termasuk Indonesia.Menurut data Departemen Kesehatan
Tahun 1973, di antara penderita penyakit jantung yang dirawat
didapatkan 25-35% adalah penyakit jantung koroner. Penyakit jantung
koroner ini pada tahun 1980 merupakan penyebab kematian keempat di
rumah sakit di negara kita sedangkan pada tahun 1972 masih menduduki
urutan ke-11.

PATOGENESIS

Terdapat banyak hipotesis tentang kejadian aterosklerosis antara lain The
response-to-injury, Monoclonal, Clonal Senescense, lipids and
Connective Tissue.15 Akhir-akhir ini telah diajukan peran monosit sebagai
awal lesi aterosklerosis. Penggabungan teori infiltrasi lemak dan
kerusakan endotel palinq banyak dianut.
Pada keadaan normal, endotelium menghalangi penetrasi
molekul-molekul besar seperti lipoprotein dengan densitas rendah dan
sangat rendah (LDL, VLDL) ke dalam intima, sedangkan lipoprotein
dengan densitas yang lebih tinggi dengan molekul yang lebih kecil dapat
bergerak bebas ke dalam dan ke luar intima. Sel-sel endotelium juga
menghasilkan prostasiklin (PG12) dan oksida nitrit yang dapat mencegah
penumpukan platelet.
Peninggian permeabilitas endotelium merupakan kelainan pertama akibat
terjadinya jejas arteri yang merupakan suatu respons non spesifik disebabkan
oleh virus, toksin, kompleks imun, produk-produk yang dilepaskan oleh
sel-sel darah putih atau platelet-platelet yang teraktivasi, dan stres fisik yang
tidak lazim. Hal ini juga dapat disebabkan adanya peninggian konsentrasi
lipoprotein dalam darah. Bila lipoprotein memasuki intima akibat
peninggian permeabilitas kapiler, maka senyawa protein utama dari LDL
dan VLDL (apolipoprotein B) berikatan dengan glikosoaminoglikan,
terutama dermatan sulfat sehingga lipoprotein menumpuk di dalam intima.
Kemudian LDL tersebut dirubah oleh sel-sel sekitarnya (teroksidasi) dan
ditangkap oleh reseptor yang ada pada makrofag (scavenger cells).
Selanjutnya terjadi perubahan-perubahan kimia dari LDL dan menghasilkan
monocyte chemotactic factor dan juga merupakan sitotoksik terhadap sel-sel
endotelium. Monosit tertarik dan melekat ke endotelium, kemudian
melakukan penetrasi ke sub endotelium menjadi makrofag yang berisi
droplet-droplet lipid dan menyebabkan permukaan endotelium menjadi tidak
rata. Selanjutnya terjadi peninggian permeabilitas endotel terhadap lipid.
Limfosit T juga terlibat (kemotaksis monosit dan penetrasi intima juga
merupakan awal dari abnormalitas). Kerusakan endotel juga merangsang
platelet-platelet untuk bertumpuk, degranulasi dan menghasilkan adenosin
difosfat serta tromboksan A2. Adenosin difosfat dan tromboksan A2
selanjutnya menyebabkan penumpukan platelet. Platelet-platelet, sel
endotelium, makrofag dan limfosit T menghasilkan cytokines like colony
stimulating factors, insulin like growth factor-1, TGF-,8, interieukin-1, and
tumor nekrosis faktor-a. Semua ini bekerja menghasilkan suatu faktor yang
diketahui sebagai platelet derived growth factor (PDGF) yang menyebabkan
sel-sel otot polos terpisah, masuk ke dalam intima dan mengambil
lipoprotein untuk membentuk sel busa, menghasilkan elastin dan kolagen,
kemudian membentuk plak fibrosa.

FAKTOR RISIKO

Pelbagai otopsi pada pria muda di negara maju menunjukkan bahwa
sekitar 70% di antara mereka sudah ada garis lemak pada arteria
koronaria. Plak dan garis lemak yang muncul pada dinding arteri koroner
berkembang sepanjang masa remaja sampai masa dewasa dengan
kecepatan yang sangat bervariasi dan sebagian besar bergantung pada
prevalensi faktor-faktor risiko kardiovaskular utama.2 Lebih dari setengah
insidens penyakit ini dapat diterangkan kejadiannya oleh
hiperkolesterolemia, hipertensi, dan merokok. Terdapat beberapa faktor
risiko lain yang juga berperan akan tetapi dalam derajat yang lebih kecil
misalnya obesitas, aktivitas fisik yang kurang, dan kepribadian tipe A.
Kombinasi beberapa faktor risiko sangat meningkatkan kemungkinan
terjadinya PJK.1 Brenson GS dkk. melaporkan bahwa peninggian tekanan
darah sistole, peninggian LDL kolesterol dan trigliserida, dan merokok
berhubungan secara bermakna terhadap luasnya lesi aterosklerosis pada
orang muda.9 Dari semua faktor-faktor yang terlibat dalam PJK,
gangguan dari lemak darah dan tekanan darah adalah yang paling
penting.16 Newman WP dkk. mendapatkan adanya hubungan antara kadar
lipoprotein serum dan tekanan darah sistolik terhadap luasnya garis-garis
lemak pada aorta dan arteri koroner orang muda. Luasnya garis-garis lemak
pada aorta berhubungan sangat kuat dengan kadar kolesterol total dan
kolesterol LDL sedangkan pada arteri koroner berhubungan secara
bermakna dengan kadar VLDL kolesterol dan tekanan darah sistolik yang
lebih tinggi.17 Brenson GS dkk., menghubungkan faktor-faktor risiko
antemortem terhadap aterosklerotik pada aorta dan arteri koroner. Hasil yang
didapat adalah garis-garis lemak aorta berhubungan bermakna dengan kadar
kolesterol total, kolesterol LDL dan ponderal indeks sedangkan garis-garis
lemak arteri koroner berhubungan bermakna dengan serum trigliserid,
kolesterol VLDL, tekanan darah sistolik dan diastolik dan ponderal indeks.
Hubungan garis lemak terhadap plak fibrosa lebih besar pada arteri koroner
dibandingkan dengan aorta.
Hiperkolesterolemia merupakan suatu faktor risiko utama terhadap
perkembangan PJK.19 Level kolesterol total yang tinggi, kolesterol LDL
dan level kolesterol HDL yang rendah berhubungan dengan peningkatan
risiko PJK pada remaja dan dewasa muda.20,21
Peninggian kadar trigliserid mempunyai peranan yang lebih kecil
dibandingkan dengan kadar kolesterol yang tinggi sebagai suatu faktor
risiko. Bila peninggian kadar trigliserid plasma diikuti dengan kadar
kolesterol LDL yang rendah, hal ini menyebabkan terjadinya peninggian
risiko PJK.22 Bao W dkk. melaporkan bahwa didapati hubungan yang
bermakna antara kadar profil lipid semasa kanak-kanak dengan profil
lipid di masa dewasa terutama untuk kadar kolesterol total dan LDL, di
mana kadar kolesterol LDL merupakan, prediktor yang paling kuat
terhadap kemungkinan hiperlipidemia di masa dewasa oleh karena kadar
kolesterol LDL yang tinggi pada waktu dewasa tampaknya merupakan
satu-satunya profil lipid yang menetap semenjak kanak-kanak.23
Peninggian tekanan darah pada masa anak dapat merupakan salah satu
penyebab cedera pada endotel pembuluh darah yang merupakan awal
kejadian aterosklerosis,2 dan mempercepat proses aterosklerosis sehingga
mempertinggi risiko PJK.24 Kebanyakan studi epidemiologi telah
memperlihatkan suatu peninggian progresif risiko kardiovaskular dengan
meningginya tekanan darah.
Studi prospektif secara konsisten memperlihatkan bahwa merokok
berhubungan langsung terhadap risiko PJK.22 Penelitian Framingham
selama 26 tahun menunjukkan laki-laki perokok akan terkena empat kali
lipat dan pada wanita lima kali lipat dibandingkan yang tidak merokok.
Anak yang menjadi perokok pasif untuk jangka waktu lama mempunyai
nilai HDL yang rendah dibandingkan dengan anak yang tidak dalam
kondisi demikian. Mereka yang perokok aktif juga diketahui mempunyai
status anti oksidan yang kurang. Dengan demikian anak yang terpapar
pada rokok berada dalam lingkungan risiko untuk mengalami
aterosklerosis.2 Penelitian di Indonesia merokok merupakan faktor risiko
terbanyak dibandingkan faktor risiko lainnya.
Obesitas erat kaitannya dengan faktor risiko-PJK yang lain seperti
hipertensi, hiperlipidemia, kadar kolesterol HDL yang rendah, serta
gangguan toleransi glukosa maupun hiperinsulinisme.4,26 Freedman DS
dkk. mendapatkan bahwa penambahan obesitas pada orang muda diikuti
dengan peninggian profil lipoprotein aterogenik. Tershakovec AM dkk.
melaporkan bahwa peninggian lemak tubuh berhubungan dengan
peningkatan usia. Peninggian kadar kolesterol darah mengawali
perkembangan dari peninggian lemak tubuh. Peninggian lemak tubuh
berhubungan dengan peninggian tekanan darah dan kadar insulin.28 Cresnata
JL dkk. melaporkan bahwa obesitas bukan suatu faktor independen tetapi
merupakan faktor risiko yang tidak langsung terhadap terjadinya
aterosklerosis melalui hipertensi, hiperlipidemia dan diabetes mellitus.
Telah lama diketahui bahwa kepribadian tipe A, rasa percaya diri kurang,
kecemasan dan depresi secara konsisten berhubungan dengan PJK Hasil
penelitian yang dilakukan untuk melihat adanya pengaruh stres terhadap
kepribadian tipe A pada anak mengungkapkan bahwa faktor-faktor dalam
lingkungan keluarga mungkin penting dalam pembentukan kepribadian
anak. Bila anak-anak mengambil alih kepribadian tipe A tersebut, maka
dikemudian hari mereka akan termasuk pada kelompok berisiko tinggi untuk
menderita PJK.2 Supargo A dkk. melaporkan bahwa pola prilaku tipe A dan
stres mempunyai hubungan dengan penyakit jantung koroner.Studi
Framingham menunjukkan meskipun seseorang tidak mempunyai faktor
risiko PJK lainnya, tetapi ia menunjukkan tipe kepribadian A dan stres
psikososial yang tidak terselesaikan akan terkena juga PJK.
Dalam negara yang sedang berkembang kecenderungan terhadap
kehidupan tanpa aktivitas fisik yang baik semakin meningkat dan hal ini
mengakibatkan obesitas. Obesitas merupakan prekursor utama faktor
risiko PJK ditambah faktor lain yaitu tekanan darah tinggi, diabetes
mellitus dan kenaikan kadar kolesterol. Adanya efek langsung latihan
fisik atas aterosklerosis tetap belum jelas. Berdasarkan pada bukti
eksperimental bahwa aktivitas fisik yang dilakukan sehari-hari akan
menurunkan berat badan, kadar lipid darah, aktivitas insulin, dan tekanan
darah. Hal ini dapat mencegah risiko aterosklerosis.
Diabetes mellitus merupakan salah satu faktor risiko PJK, apalagi bila
kadar gula darah tidak terkontrol.22 Pada pasien diabetes juvenilis lebih
banyak ditemukan penyempitan di arteri koroner oleh plak aterosklerosis
dibandingkan pada pasien yang bukan diabetes mellitus dengan umur dan
jenis kelamin yang sama.
Individu dengan riwayat keluarga positif PJK pada usia di bawah 50
tahun mempunyai peningkatan risiko untuk PJK.8,22
Penyakit jantung koroner seringkali ditemukan pada populasi yang
termasuk kelas ekonomi rendah. Keadaan ini telah banyak diselidiki di
negara Barat. Anak dan remaja yang termasuk dalam kelompok sosio
ekonomi yang rendah mempunyai profil faktor risiko yang paling buruk.
Mereka mempunyai tekanan darah rata-rata yang lebih tinggi, kadar
kolesterol total dan LDL yang lebih tinggi, serta rasio kolesterol
HDL/total yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang termasuk
dalam kelompok sosio ekonomi yang lebih tinggi.1
Di Indonesia sekarang ini anak-anak yang tinggal di perkotaan mungkin
sudah sama kondisinya dengan anak yang sebaya mereka yang tinggal di
kota-kota besar di dunia yaitu terpapar faktor risiko kardiovaskular.
Mereka menghadapi jenis makanan kaya termasuk junk-food yang mudah
sekali meninggikan kadar kolesterol darah dan tekanan darah. Selain itu
mereka mengikuti kebiasaan merokok yang diperoleh baik melalui iklan
di media massa maupun pergaulan. Mereka juga kurang melakukan
kegiatan fisik karena pengaruh permainan elektronik, televisi maupun
mudahnya menggunakan sarana transportasi. Pengaruh lingkungan
tersebut dapat mengarah pada pembentukan awal PJK.

PENCEGAHAN

Pengendalian terhadap faktor risiko kardiovaskular dihubungkan dengan
pencegahan PJK. Pengendalian harus dimulai sedini mungkin sebelum
terjadi perubahan yang irreversibel pada dinding pembuluh darah. Ini
berarti pada saat berlangsungnya tumbuh kembang anak.2
Dua strategi utama dalam pencegahan PJK yaitu:
A. Pendekatan populasi atau kesehatan masyarakat.
B. Pendekatan individual (anak berisiko tinggi).

A. Pendekatan populasi atau kesehatan masyarakat
Pendekatan ini melibatkan seluruh populasi dan berusaha untuk
mengubah seluruh faktor risiko dari populasi tersebut melalui gaya hidup
yang sesuai dan sehat seperti:
1. Menghilangkan kebiasaan merokok.
2. Mendiagnosis dan mengontrol hipertensi.
3. Mendiagnosis dan mengontrol hiperbetalipoproteinemia.
4. Mendiagnosa dan mengontrol diabetes mellitus.
5. Pemeliharaan berat badan ideal.
6. Melakukan aktivitas fisik yang teratur.
7. Penambahan masukan serat biji-bijian, buah-buahan dan
sayur-sayuran dalam diet.
8. Pengurangan masukan energi diet yang berasal dari lemak, lemak
jenuh, garam, dan sukrosa.

Komponen utama dari pencegahan PJK adalah menurunkan kadar
rata-rata kolesterol melalui perbaikan yang progresif dalam pola makanan
pada populasi.
Untuk anak-anak berusia 2 tahun tidak dianjurkan mengurangi lemak
dan kolestrol dalam makanan oleh karena berlangsung proses tumbuh
kembang yang cepat.2,19,20,21 Untuk anak-anak yang berusia lebih dari 2
tahun dianjurkan untuk mengikuti pola makan seperti berikut:
1. Gizi yang adekuat harus dicapai dengan memakan makanan yang
bervariasi.
2. Kalori yang adekuat harus tersedia untuk pertumbuhan dan
perkembangan yang normal.
3. Masukan lemak total tidak melebihi 30% dari total kalori makanan.
4. Asam lemak jenuh kurang dari 10% terhadap total kalori makanan
5. Masukan kolesterol harus kurang dari 300 mg, per hari.

B. Pendekatan individual (anak berisiko tinggi)

Pendekatan ini ditujukan pada individu-individu dengan risiko tinggi dan
dengan sasaran perubahan-perubahan tingkah laku khusus pada setiap
individu untuk menurunkan PJK.
Anak dan remaja dengan risiko tinggi adalah:
1. Yang mempunyai orang tua dengan riwayat infark miokard, kematian
koroner tiba-tiba, kecelakaan cerebrovaskuler sebelum usia 50 tahun
pada laki-laki atau sebelum usia 60 tahun pada wanita.
2. Keluarga dengan hipertensi atau kadar lipid atau lipoprotein abnormal
yang ekstrim (hiperlipidemia dan hiperbetalipoproteinemia familial).
3. Anak-anak yang dideteksi dengan kadar faktor risiko PJK yang tinggi
tetapi tidak mempunyai riwayat keluarga dengan PJK prematur. 6
Uji saring yang dilakukan pada anak-anak dengan risiko tinggi dan yang
mendapat perhatian utama adalah pemeriksaan kadar kolesterol darah dan
tekanan darah.
American Academy of Pediatrics (AAP) telah merekomendasikan agar
pada anak berumur lebih dari 2 tahun yang termasuk pada golongan
risiko tinggi dilakukan uji saring kadar kolesterol.16 Protokol uji saring
tersebut bervariasi berdasarkan alasan untuk pemeriksaan. Untuk anak
yang mempunyai salah satu orang tuanya dengan kadar kolesterol lebih
tinggi dari pada 240 mg/dl, pemeriksaan awal adalah pengukuran kadar
kolesterol total. Jika kadar kolesterol total masih dalam batas normal 170
mg/100 ml, pengukuran kolesterol diulang dalam 5 tahun. Jika kadar
kolesterol total borderline (170-199 mg/100 ml), dilakukan pemeriksaan
kedua dan dirata-ratakan dengan hasil pemeriksaan pertama. Bila
rata-ratanya adalah borderline atau tinggi, maka dilakukan analisa
lipoprotein puasa. Jika kadar kolesterol tinggi (> 200 mg/100 ml), analisa
lipoprotein puasa harus dilakukan.
Untuk anak yang mempunyai riwayat keluarga PJK prematur,
pemeriksaan awal yang harus dilakukan adalah analisa lipoprotein yang
membutuhkan puasa 12 jam untuk memperoleh kadar trigliserid yang
akurat, yang perlu untuk perhitungan kadar kolesterol LDL.
Kadar kolesterol LDL rata-rata menentukan langkah untuk penilaian
risiko dan pengobatan:
1. Kadar kolesterol LDL yang masih dalam batas normal (< 110 mg/dl).
Berikan pendidikan terhadap pola makanan untuk semua anak dan
remaja dan faktor-faktor risiko lain. Analisa lipoprotein ulangan
dilakukan dalam 5 tahun.
2. Kadar kolesterol LDL yang borderline (110-129 mg/dl). Berikan
nasihat mengenai faktor-faktor risiko terhadap PJK, diberi diet
langkah pertama (step-one diet, lihat tabel 1) dan dievaluasi kembali
dalam 1 tahun.
3. Kadar kolesterol LDL yang tinggi (>130 mg/dl). Periksa penyebab
sekunder (thyroid, liver dan gangguan ginjal) dan kelainan familial,
uji saring semua anggota keluarga. Diberi diet awal dengan langkah
pertama (step-one diet), diikuti dengan diet langkah kedua (step-two
diet, lihat Tabel 1) bila diet langkah pertama gagal mencapai tujuan
selama minimal 3 bulan.19,20 Pada kasus yang ekstrim diberikan
pengobatan.

Terapi obat yang dianjurkan pada anak-anak berusia 10 tahun atau lebih,
bila setelah pemberian terapi diet selama 6 bulan – 1 tahun, masih
dijumpai:
1. Kadar LDL masih berada atau di atas 190 mg/100 ml, atau
2. Kadar LDL masih berada atau di atas 160 mg/dl
ditambah:
a. Terdapat satu riwayat keluarga dengan PJK prematur.
b. Dua atau lebih faktor-faktor risiko lain dari PJK (seperti HDL
rendah <35 mg/dl, merokok sigaret, tekanan darah tinggi,
obesitas dan diabetes mellitus) dijumpai.
Obat-obat yang dianjurkan untuk pengobatan hiperkolesterolemia dan
kolesterol LDL yang tinggi pada anak adalah bile acid sequestrants
(cholestyramin dan colestipol).19.20 (dosis lihat Tabel 2).

*One dose is the equivalent of a 9-g packet of cholestyramine (containing 4 g of
cholestyramine and 5 g of filter), one bar of cholestyramine, or 5 g of colestipol.
FH, Familial hypercholesterolemia; TC, total cholesterol; LDL, low-density
lipoprotein.
From National Cholesterol Education Program: Report of the Expert Panel on
Blood Cholesterol Levels in Children and Adolescents, NIH Publication No.
91-2732, Sept, 1991.)

Peninggian tekanan darah merupakan salah satu dari elemen yang paling
sering dan potensial mencetuskan PJK.16 Tekanan darah 140/90 mmHg
ditetapkan sebagai hipertensi ringan pada orang dewasa. Tetapi kriteria
diagnosis hipertensi dewasa tidak dapat dipakai pada anak. Tekanan
darah 135/85 mmHg, 2 SD di atas rata-rata atau level persentil ke 95
dianggap sebagai kriteria hipertensi pada anak.6
The Join National Comittee on Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure dan The Task Force on High Blood Pressure in
Children merekomendasikan intervensi non farmakologik pada anak
dengan level tekanan darah > persentil ke-95 dan bila tekanan darah tidak
berhasil diturunkan, maka dilakukan intervensi farmakologik.6 Intervensi,
non farmakologik terdiri atas: mengurangi garam dalam makanan
sehari-hari, dengan jumlah garam yang dianjurkan adalah 0,5-1 mEq/kg
BB/hari atau kira-kira 2 gram NaCl/hari untuk remaja dengan berat badan
20-40 kg. Menurunkan berat badan obesitas dengan jalan mengatur diet
sehari-hari, melakukan aktivitas fisik secara teratur dan berhenti
merokok. Intervensi farmakologik yaitu memberikan obat anti hipertensi
berdasarkan Stepped Care Approach. Pada umumnya pengobatan
langkah pertama dimulai dengan diuretika tiazid atau dengan penghambat
adrenergic.30

KESIMPULAN

Pencegahan terhadap penyakit jantung koroner sudah harus dimulai
sedini mungkin sebelum terjadi perubahan yang irreversibel pada dinding
pembuluh darah. Pencegahan dapat dilakukan dengan membiasakan anak
untuk hidup sehat secara alamiah dengan melakukan aktivitas fisik,
mengurangi makan lemak, garam dan gula yang berlebihan, penambahan
masukan serat biji-bijian, buah-buahan dan sayur-sayuran, menjaga berat
badan, menanggulangi stres dan bersikap negatif terhadap kebiasaan
merokok, serta memantau kadar kolesterol untuk anak dan remaja yang
mempunyai risiko tinggi terhadap penyakit jantung koroner.

Sabtu, 20 Agustus 2011

irna rukmana


irna rukmana


Account Options

  1. irnaa rukmana
    irnaa rukmanaIr.Rukamana@gmail.com
    1. Profil
    2. Privasi
    3. Setelan akun
    Keluar
Buku Buku 1 - 10 tentang 48 di "Kebidanan". (0,20 detik) 

Dokumentasi Kebidanan

Dokumentasi Kebidanan

A. Aziz Alimul
Menjelaskan pengertian dokumentasi kebidanan. 2. Menjelaskan fungsi dokumentasi
kebidanan. 3. Menjelaskan syarat dan prinsip dokumentasi kebidanan. 4. ...
Pratinjau terbatas - Tentang buku ini - Tambahkan ke Perpustakaanku

Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk 
Pendidikan Bidan

Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan‎ - Halaman 3

Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba
Setelah memahami sejarah kebidanan di Indonesia di mana sekolah bidan dirintis
oleh Prof. M. Toha (Pahlawan Bandung Selatan) di Cirebon dan RS Dr. Soetomo ...
Pratinjau terbatas - Tentang buku ini - Tambahkan ke Perpustakaanku

Safe Matherhood : Sepsis Puerperalis Materi Pendidikan Kebidanan

Safe Matherhood : Sepsis Puerperalis Materi Pendidikan Kebidanan

Untuk mendukung pembaharuan terhadap keterampilan kebidanan agar negara-negara
tersebut dapat mengatasi situasi ini dengan cara memperkuat pelayanan ...
Pratinjau terbatas - Tentang buku ini - Tambahkan ke Perpustakaanku

Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan

Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan

A. Aziz Alimul
KESEHATAN ANAK BALITA DI INDONESIA Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari
materi ini, Anda diharapkan mampu: 1. Menjelaskan berbagai indikator kesehatan
...
Pratinjau terbatas - Tentang buku ini - Tambahkan ke Perpustakaanku

Seri Asuhan Kebidanan: Kehamilan

Seri Asuhan Kebidanan: Kehamilan

Lily Yulaikhah, SSiT
ANATOMI DAN FISIOLOGI ORGAN REPRODUKSI WANITA Organ reproduksi wanita meliputi 2
bagian, yaitu alat genitalia luar (eksterna) dan alat genitalia dalam ...
Pratinjau terbatas - Tentang buku ini - Tambahkan ke Perpustakaanku

Kebidanan Komunitas

Kebidanan Komunitas‎ - Halaman 78

Safrudin, SKM, M.Kes & Hamidah, S.Pd, M.Kes
7 ASPEK PERLINDUNGAN HUKUM BIDAN DI INDONESIA STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN
Standar I (Falsafah dan tujuan) Pengelolaan pelayanan kebidanan memiliki visi,
...
Pratinjau terbatas - Tentang buku ini - Tambahkan ke Perpustakaanku

Komunikasi Kebidanan

Komunikasi Kebidanan

Dra. Christina Lia Uripni, Untung Sujianto, Dra. Tatik Indrawati
Kegiatan komunikasi selalu mendasari kegiatan yang lain termasuk kegiatan
pelayanan kebidanan. Komunikasi yang mendasari bidang pelayanan kebidanan
dikenal ...
Pratinjau terbatas - Tentang buku ini - Tambahkan ke Perpustakaanku

Konsep Kebidanan Sejarah dan Profesionalisme

Konsep Kebidanan Sejarah dan Profesionalisme‎ - Halaman 65

Atik Purwandari, A.Md.Keb., SKM
Membuat rencana tindak-lanjut asuhan kebidanan bersama klien g. Membuat
pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan yang telah diberikan 4. ...
Pratinjau terbatas - Tentang buku ini - Tambahkan ke Perpustakaanku